Vaksinasi pada Anak, Ini Saran dari Epidemiolog kepada Orangtua Murid #Vaksinasi #pada #Anak #Ini #Saran #dari #Epidemiolog #kepada #Orangtua #Murid
Vaksinasi pada Anak, Ini Saran dari Epidemiolog kepada Orangtua Murid

Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun telah dimulai sejak Selasa 14 Desember 2021 lalu. Jumlah sasaran vaksinasi mencapai 26,5 juta anak di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk 2020. Untuk Kota Padang, vaksinasi pada anak akan didahului dengan sosialisasi kepada orangtua murid di sekolah-sekolah.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan agar tidak ada sekolah yang memberikan surat pernyataan kesediaan vaksin kepada orang tua atau wali murid. Perintah Jokowi tersebut dilontarkan saat rapat evaluasi PPKM, Minggu (17/1/2022).
“Presiden memerintahkan jangan ada lagi sekolah yang meminta tanda tangan orang tua/wali murid yang menyatakan sekolah tidak bertanggung jawab bila terjadi hal-hal tertentu akibat vaksin anak,” kata Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Abraham Wirotomo di Gedung Bina Graha Jakarta, Senin (17/1/2022).
Abraham menegaskan, penanganan gejala pascavaksin anak sepenuhnya tanggung jawab negara, termasuk soal biayanya.
Bagi peserta JKN ditanggung BPJS, dan non-JKN ditanggung APBN. Dia juga memastikan, Komnas KIPI belum menerima laporan adanya gejala pascavaksin yang berujung pada kematian. “Bila ada temuan, orang tua atau wali diharapkan melapor ke puskesmas atau RS terdekat,” imbuhnya.
Sementara itu, Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Andalas Padang Defriman Djafri PhD memberikan beberapa saran kepada para orangtua murid yang anaknya akan divaksinasi.
“Saran saya juga sebagai orang tua murid, besok anak saya juga dvaksinasi. Pertama, ikuti sosialisasi vaksianasi anak dengan baik yang disampaikan oleh petugas di lapangan,” kata Defriman.
Kedua, kata Defriman, pastikan anak kita divaksinasi dalam keadaan sehat. Dampingi anak saat vaksinasi karena screening menjadi penting. “Screening pada anak sebaiknya didampingi orang tua,” imbuhnya.
Kemudian, katanya, perlu kita pahami bahwa vaksinasi sebagai ikhtiar juga tidak bisa menjamin kita kebal seketika dan juga sebaliknya juga tidak ada vaksinasi yang tidak berisiko. Risiko bisa diuraikan baik yang berat sampai ringan.
“Kita sebagai orang tua bagaimana minimalkan risiko tersebut. Salah satunya adalah meningkatkan literasi kita. Jangan kita dan anak stres duluan sebelum divaksinasi,” ingatnya.
Disadari, kata Defriman, selelah divaksinasi terasa efek dari suntikan. Apalagi karena sudah lama tidak disuntik. “Dikira ini adalah efek vaksin. Ini yang perlu dipantau pada anak-anak setelah divaksinasi,” ingatnya lagi.
Dirinya mengaku juga termasuk orang yang tidak setuju jika dipaksa orang untuk divaksinasi. “Pemaksaan itu tidak dibenarkan, pemaksaan dalam kondisi darurat apakah dibenarkan? Saya ngga bisa menjawab. Tapi perlu diingat, berterima kasihlah pada orang yang telah divaksinasi karena orang yang divaksinasi itu secara tidak langsung dapat melindungi orang tidak divaksinasi dari infeksi yang ujungnya bisa kematian.
“Jika semua orang berpikir seperti ini, ikhtiarkanlah vaksinasi yang kita lakukan tidak hanya melindungi diri kita dan keluarga, namun juga melindungi orang lain. Niatkanlah ini, semoga ini menjadi nilai ibadah disisi Allah SWT,” katanya.
Terakhir, Defriman mengajak berdoa dan mintalah pertolongan Allah, semoga vaknisasi pada anak kita berjalan lancar dan tetap sehat setelah vaksinasi.(esg)
#Vaksinasi #pada #Anak #Ini #Saran #dari #Epidemiolog #kepada #Orangtua #Murid